Hidup adalah perjuangan
Karya : Darwis Kadir,S.Pd
( kupersembahkan buat ummix ifal yang lagi berultah)
Malam kelam ditambah hujan terus tiada henti mengguyur rumah kami, seakan-akan memberikan firasat buruk padaku,walaupun sudah agak larut malam kondisi istri saya masih terus merintih-rintih menahan rasa sakit. Rasa sakit yang sudah lama kami tunggu-tunggu,dari raut wajahnya sedikit terpancar sinar kegembiraan. Anak yang sekian lama kami tunggu-tunggu dari perkawinan kami yang sudah lebih dari 2 tahun. Suatu penantian yang cukup lama bagi kami yang dari awal sudah menginginkan momongan. Abortus dua kali yang menimpa istriku membuat kami harus bertahan dengan kesabaran dengan keyakinan bahwa Allah menganggap kami belum bisa menerima amanahNya dan sekaligus sebagai pencuci dosa-dosa kami.
Jam dinding tua berkelotak berdentang satu kali mengingatkan saya bahwa sekarang sudah jam satu,saya kemudian melirik ke arah istri saya,tampak dia tersenyum,senyum yang teramat manis walaupun kami dalam kondisi hidup tergolong susah dan memprihatinkan,dia tetap memberi semangat untuk tetap bisa berkarya.Saya masih ingat ketika kami bertemu dan saling mengikat janji setia untuk hidup bersama,orang tuanya Lastri istri saya ketika itu ragu terhadap saya dalam mengarungi hidup bersama dalam kondisi ekonomi yang tak ada kepastian. Kerja yang serabutan dan kuli bangunan bukan hal yang asing bagiku dan hasilnya belum bisa di andalkan untuk pengganjal perut sang istri dan bakal generasi kami.Dengan penuh harap saya mencoba meyakinkan bahwa hidup ini seperti roda yang berputar dan semuanya melalui proses sampai akhirnya hidup bisa lebih baik lagi dengan tetap berusaha.Rasa kecewa harus kupendam ketika orang tuanya Lastri tak bisa merelakan anaknya jadi pendamping hidupku. Keyakinannya akan diriku memberikan rasa aman dan hidup yang layak membuatnya harus mengambil keputusan yang di anggapnya tepat. Saat itu aku tak bisa berbuat banyak dan sadar yang dilakukan oleh orang tuanya Lastri mungkin ada benarnya.
Dengan perasan yang masqul,aku mulai menghindari pertemuan dengan Lastri,bagaimanapun juga aku tetap mengharapkannya ke pangkuangku namun aku harus melupakannya demi kebaikan dan nama baik keluarga Lastri.Suatu pesan yang sangat menyakitkan dari keluarga Lastri.Apa yang kulakukan tersebut membuat Lastri tak bisa berbuat seperti saya untuk melupakan diriku.Dia tetap mencari keberadaanku,namun aku selalu berhasil menghindar darinya.Suatu saat dia berhasil mendapatkan aku ketika berbelanja di sebuah toko,dengan penuh kemarahan Lastri memukul saya di iringi dengan tangisnya yang berderai,kenapa saya begitu tega melupakannya. Dengan penuh kehati-hatian saya jelaskan penyebab semua ini,tak lain dari orang tuanya.Lastri tak bisa menerima semuanya dan mengajak saya untuk kawin lari saja.Sebagai seorang yang sangat mencintainya aku bisa berharap itu bisa terjadi,di lain sisi aku teringat pesan dari orang tuanya Lastri.Dalam kebimbangan tersebut Lastri selalu datang menemui saya di pondokan yang saya sewa dengan para teman-teman kuli bangunan yang lain.Suatu hari ketika saya agak kurang enak badan dan teman-teman yang lain pada pergi kerja,Lastri datang dan tetap mendesak saya untuk menikah walaupun resikonya orang tuanya akan marah.Didesak terus seperti itu pendirian saya mulai goyah dan berjanji akan menikahinya walaupun tanpa restu dari orang tua.Tak disangka karena rasa cinta kami melakukan hubungan terlarang yang semestinya belum boleh kami lakukan hari itu.
Sejak dari kejadian tersebut,aku mulai merasa was-was dan takut hubungan kami akan diketahui oleh keluarga Lastri,selain itu pula hubungan yang kami lakukan hari itu membuatku membayangkan akan keadaan Lastri jangan sampai dia berbadan dua.Namun semuanya saya pendam dengan harapan tidak terjadi sesuatu yang tidak kami inginkan.Kenyataannya Lastri datang ke pondokan dengan raut muka yang panik,dengan menahan tangisnya dia telah mengandung anakku. Rasa penyesalan dan kaget bercampur jadi satu.Ditengah kebimbangan tersebut saya mulai berpikir akan membawa Lastri ke suatu tempat yang tidak akan diketahui oleh keluarganya,karena keyakinan saya mereka tak akan merestui hubnungan kami walaupun tahu anaknya telah mengandung anak saya. Sifat keras hati dan tidak mudah memaafkan adalah sifat bapaknya yang sudah menjadi rahasia umum bagi tetangga-tetangganya. Lastri.Tak mungkin menghadapi ini semuanya,tekad saya sudah mantap membawanya,tapi kemana.Terpikir untuk membawanya ke kampung saya tapi tidak ada jaminan keluarganya tidak akan menemukan saya dan akibatnya bisa fatal.
Dalam kecamuk pikiran tersebut aku menemukan ide bahwa kami harus merantau jauh ke suatu tempat dimana adat dan budaya kami tidak bisa menghalangi langkah kami,budaya kami sangat tidak mendukung apa yang kami lakukan dan sanksinya membuatku harus berpikir seribu kali untuk menghadapi semua ini,dan salah-salah nyawaku adalah taruhan demi menjaga nama baik keluarga mereka.Kalimantan,ya pulau Borneo suatu tempat yang saya anggap tempat untuk melarikan diri dari tradisi. Pengecut anggapan yang membuat khayalan saya sempat terhenti,pantaskah diri saya berbuat seperti ini.Pergulatan batin terjadi tapi aku tidak boleh terlalu berlama-lama dengan perasaan saya,sebelum keluarga Lastri tahu aku sudah tidak berada lagi di tanah Celebes. Lastri harus tahu,dan semuanya harus serba cepat.Keputusan sudah mantap,dasar cintalah penyebabnya walaupun kami masih ragu akan masa depan kami di rantauan.
Sirene Labobar telah berbunyi tanda peringatan kapal segera berangkat,hiruk pikuk para penumpang dan pengantar membuatku tersadar dari lamunan,tampak Lastri di sampingku duduk sibuk dengan perasaannya juga.Kapal mulai mengangkat sauh dan lambaian tangan para pengantar mengiringi kepergian kami.Angin sepoi-sepoi terasa menyejukkan hati kami yang masih galau akan kenekatan yang kami lakukan.Malam kami lewatkan di kelas ekonomi dengan mencoba merancang apa yang bisa kami perbuat di kampung orang. Rasa sedih,perih mengingat semua yang kutinggalkan,keluarga,teman-teman seperjuangan,pekerjaan,namun semuanya harus saya pasrahkan bahwa inilah sebagian dari jalan hidupku. Orang tuaku sendiri di kampung telah saya kabari mengenai apa yang akan kulakukan dan tak usah mencari keberadaan saya,nantilah wakktu yang akan mempertemukan kita dengan seijin yang kuasa. Apa yang kulakukan ini demi menjaga mereka dari sesuatu hal yang akan menyulitkan mereka ketika saya berada bersama mereka.
Malam pun berlalu dalam buaian ombak samudera serta desiran angin , dan dihiasi mimpi.Tanpa kusadari kapal telah merapat di pelabuhan,kami segera bergegas turun,Lastri dengan berkata lirih “ kemana kita pergi kak “.Aku bingung kemana harus pergi,tanah yang kupijak masih terasa asing dan mungkin tak akan akrab nanti denganku,seraya membatin.Tapi semua pikiran tersebut saya tepis,segala resikonya harus saya jalani,sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai. Pepatah yang menjadi setiap kebanggaan bagi masyarakat kami ketika mereka menghadapi masalah yang akhirnya membuahkan keberhasilan.
Dengan sedikit bekal yang kami bawa,kami akhirnya bisa mendapatkan suatu tempat kontrakan sementara yang bisa menampung kami.Tidak luas memang tapi cukuplah bagi kami yang mengadu nasib di rantaun,sekaligus menikahi Lastri dengan bantuan penghulu setempat dengan mahar sebuah cincin perak yang telah lama kubeli. Dari hari ke hari perut Lastri tampak mulai membesar dan aku juga sudah dapat pekerjaan sebagai kuli bangunan kebetulan banyak proyek yang membutuhkan tenaga kasar seperti aku dan itulah kemampuan yang aku miliki.Sedikit demi sedikit aku mulai menabung guna membayar uang kontrakan dan persiapan kelahiran anak kami.Istriku pun tidak mau berpangku tangan membantuku dengan menerima cucian dari para tetangga walaupun aku berkali-kali telah melarangnya.Siang itu perasaanku tidak enak seakan-akan ada kejadian yang akan terjadi tapi tidak bisa kutebak, namun aku tetap paksakan untuk bekerja. Dalam kegelisahan itu tiba-tiba saya dikagetkan oleh panggilan tetanggaku yang mengabarkan bahwa istriku terjatuh sewaktu mencuci dan mengalami pendarahan dan sekarang lagi di rumah sakit,tampa menunggu panjang aku menuju rumah sakit yang dimaksud. Aku harus kecewa,karena janin yang ada didalam rahim istriku tak dapat bertahan untuk menjelma jadi manusia. Hampa…kecewa…sesak kurasa ….!
Sejak kejadian itu aku melarangnya untuk menerima cucian lagi,biarlah aku bekerja lebih keras lagi. Tiga bulan berlalu istriku mulai menampakkan gejala-gejala hamil,pagi itu ketika saya hendak mandi tiba-tiba istriku perasaannya mual mau muntah,karena penasaran saya bawa ke puskesmas dan hasilnya istriku hamil. Dengan semangat 45 kuberangkat bekerja dengan titip pesan untuk menjaga kehamilannya. Keesokan harinya kami di beritakan bahwa para buruh akan dibawa ke suatu pulau kebetulan ada proyek baru disana. Sampai dirumah saya sampaikan hal ini pada istriku,berat rasanya meninggalkan dia dalam keadaan hamil,takutnya terjadi apa-apa saat saya tidak berada disampingnya. Diam,tidak ada penolakan dari istriku. Satu bulan berlalu dan proyek kami selesaikan. Kami diliburkan tiga hari dan kesempatan ini saya pakai bersama istri untuk melepas kerinduan dengan jala-jalan ke pusat perbelanjaan. Entah bagaimana sampai dirumah istriku mengeluh perutnya agak sakit. Cemas melandaku,takut terjadi hal yang kedua kalinya,akh… tidak, bayangan tersebut aku tepiskan. Namun kecemasanku terbukti istriku mulai mengeluarkan plek-plek darah. Bingung,bimbang, takut jadi campur aduk. “istrinya harus istirahat total pak,baring terus sampai tidak keluar darah lagi” kata bidan yang datang kerumah memeriksanya. Maka segala pekerjaan yang selama ini dilakukan istriku menjadi jatahku setiap hari,capek juga menjadi ibu rumah tangga dadakan, batinku. Takdir Tuhan berkata lain ketika kehamilan kedua istri tercinta tak dapat bertahan,Obat dan segala upayanya tak membuahkan hasil,sedih melandaku apalagi istriku yang menatap kosong kepadaku,pandangan kami bertemu, Ya Allah ….inikah gambaran yang engkau berikan bahwa kami selama ini melakukan kesalahan. Kupeluk istriku,air matanya berderai.,disela tangisnya kudengar lirih berkata “ Ujian apalagi ini Kak ?”. Aku menenangkannya walaupun hatiku hampa. Ya Allah ampuni dosa kami,cukupkan saja ujianMu sampai disini,doaku dalam shalat yang selama ini sering kutinggalkan.
Suara sepeda motor yang parkir di depan rumah mengusik lamunanku dari tadi,suara pintu yang diketok meyakinkanku bahwa yang datang adalah bidan yang dari habis isya telah saya kabari. Tak menunggu lama saya persilahkan bidan untuk terus masuk ke bilik dimana istri saya tengah berbaring menahan sakit. Diluar hujan mulai reda, dan bintang-bintang pun mulai menampakkan dirinya dari persembunyian gelapnya malam, apakah ini pertanda baik,apakah anak dan istriku akan selamat ? apakah istriku kuat, Ya Allah…Kuatkan hati kami,aku belum sanggup ditinggalkan istriku,istri yang setia,istri yang rela meninggalkan keluarganya demi diriku yang tak berpunya.Rasa takut kehilangan istriku membuatku keringatan padahal cuaca malam lagi dingin-dinginnya. Erangan istriku menahan sakit dalam perjuangannya dan suara bidan di dalam bilik semakin menambah galau hatiku. Kasihan bagaimana istri yang kucintai berjuang sendirian,dimana kakinya satu di ambang kehidupan dan yang satunya di jurang kematian. Bagaimanan kalau istriku meninggal dan anak kami selamat,bisakah aku mengasuh dan merawatnya? Aku akan jadi duda,ohhh…..tidak,dan rasanya tak ada perempuan yang bisa menggantikan istriku.
Aku tersentak dan tersadar ketika kudengar suara lengking dan tangis bayi dari dalam bilik,kusegera menghambur ke dalam mendapati istriku yang tersenyum dalam keletihan dan kegamangannya melewati perjuangan beratnya dan lengkaplah dirinya sebagai perempuan sempurna dalam persalinan normalnya. Bayi yang menggemaskan dalam tangisnya yang keras menandai kehidupan barunya di dunia..Aku pun adzan di telinganya.Kupeluk dan kuciumi istriku ungkapan gembira dan syukur pada Rabbi. Bayi kecil mungil laki-laki,kami beri nama La Sakka. Satu tahun berlalu,anak kami tumbuh dengan sehat,dan pikiran kami mulai rindu akan tanah kelahiran kami nun jauh di Celebes sana. Rasa takut akan pelanggaran tradisi membuatku ragu untuk kembali,namun kuberpikir kehadiran buah hati kami akan meredakan kemarahan keluarga istriku. Celebes tanah kelahiranku, tunggu kepulangan kami dengan kehidupan dan pengharapan baru. Hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Sayup-sayup adzan subuh terdengar mengingatkanku akan kewajiban sebagai manusia.
Lawade,E, 15 Mei 2009
Sebuah blog yang berusaha untuk mencoba memberikan pencerahan intelektual dalam ketatnya persaingan hidup terutama dari segi pendidikan dan menggali Potensi lokal dalam mencoba memberdayakan komponen masyarakat dalam pencapaian kehidupan yang lebih maju dalam menghadapi globalisasi di segala sendi kehidupan bermasyarakat.
Sabtu, 13 Februari 2010
Kurengkuh Cinta di kala senja
Panas terik mentari terasa membakar kulit ketika serombongan anak sekolah berpakaian SMA menunggu mobil yang akan membawa mereka pulang ke rumah masing-masing.Ika yang sedang bersama Aan yang baru saja keluar dari gerbang sekolah dikagetkan oleh suara tabrakan sepeda motor dengan sebuah mini bus yang sedang melaju dengan kencangnya.
Tak dapat menahan rasa penasarannya Ika dan Aan segera berlari menuju kejadian tersebut,alangkah kagetnya Ika ketika melihat pengendara sepeda motor tersebut adalah Dedi teman kecilnya semasa di kampung dulu,tanpa menunggu waktu Ika segera menyelinap untuk memberikan pertolongan kepada Dedi walaupun dulu dia pernah dikecewakan namun alasannya dulu karena hubungan mereka tak direstui oleh orang tua Dedi. “ Bantu saya bawa ke rumah sakit sekarang ! tanpa menunggu perintah lagi Aan segera menyetop taksi dan taksi tersebut melaju kencang membawa mereka bertiga menuju rumah sakit .
Sudah seminggu Dedi berada di ruang ICU dan kondisinya sekarang sudah agak membaik tapi diagnosa dokter menyatakan bahwa Dedi geger otak dan sekarang keadaannya dia tidak biasa mengenali siapapun lagi.Sore itu Ika bermaksud ke rumah sakit untuk menjenguk Dedi tapi akhirnya tidak jadi karena Iwan datang menjemputnya untuk di bawa ke rumah orang tuanya di Maros untuk segera diperkenalkan pada orang tuanya Iwan karena hubungan mereka sudah berjalan selama satu tahun.Iwan punya rencana untuk menikahi Ika ketika nanti Ika sudah lulus dari bangku SMA.Ika hanya menurut dan dari pertemuan dengan orang tua Iwan kenapa pikirannya selalu teringat akan keadaan Dedi karna secara jujur di hatinya masih ada tempat buat Dedi dan masih mencintainya karena pertemuan terakhirnya dulu dia masih ingat perkataan Dedi “ Ika walaupun orang tua kita tak merestui hubungan kita aku tetap mencintaimu”.Sejak itu mereka tak pernah ketemu lagi karena Dedi akhirnya pindah sekolah karena desakan orang tuanya ke Kalimantan ikut dengan keluarga tantenya.Dedi dan Ika tidak habis pikir alasan apa yang mendasari kenapa hubungan cinta mereka tak direstui.
Perubahan sikap drastis IKa membuat Aan sahabat dekatnya bertanya-tanya,karena sudah tak dapat menahan perasaan kesalnya dia akhirnya mengeluarkan uneg-unegnya saat mereka sedang makan bakso di warung sekolah “Ka saya perhatikan beberapa hari ini kayaknya kamu ada masalah yah,please dong kalo aku bisa bantu “ mendengar pertanyaan dari sobatnya itu Ika hanya terdiam sebenarnya dia tidak mau orang lain tahu masalah pribadinya tapi dia juga sangat butuh masukan akhirnya dia menceritakan semuanya siapa sebenarnya laki-laki yang tabrakan dulu di depan Sekolah tersebut beserta dengan hubungan mereka yang sampai sekarang belum ada kata putus sampai detik ini dari mulut Dedi..Mendengar semua masalahnya teman akrabnya tersebut Aan hanya mendesah panjang dan hanya memberikan saran kalau siapa sih sebenarnya yang paling dia cintai serta memberikan pertimbangan kalau sekarang kondisinya juga Dedi yang tak akan biasa mengenalinya lagi serta bagaimana perasaan dan tanggapan Iwan serta orang tuanya kalau sampai Ika harus berpaling ke laki-laki lain apalagi mereka sudah bertemu serta sikap serius dari Iwan yang sudah pada langkah memperkenalkan dan tinggal satu langkah lagi hubungan mereka akan resmi.Mendengar saran tersebut Ika belum bisa memutuskan .Sore harinya dengan naik angkot dia sampai di rumah sakit tempat Dedi di rawat dan saat dia masuk Dedi hanya ditemani oleh kakaknya.
Seminggu kemudian pikiran Ika masih bimbang, yang akhirnya berdampak pada pola makannya yang tidak teratur yang membuat badannya kurus.Perubahan drastis tersebut membuat Iwan curiga dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kekasihnya tersebut ? Tak mampu menahan rasa penasaran akhirnya Iwan memberanikan diri bertanya apa yang sedang terjadi pada Ika.Mendapat pertanyaan seperti itu dari kekasihnya Ika hanya memberikan jawaban alasan lagi sakit.Tapi kecurigaanya semakin bertambah karna tidak seperti biasanya Ika kalau mendapat suatu masalah akan curhat padanya.Di desak terus menerus Ika akhirnya tidak kuat lagi menyimpan rahasianya selama ini dengan Dedi.Mendapatkan penjelasan demikian Iwan hanya bisa pasrah dan memberikan hak sepenuhnya pada Ika,siapa di antara mereka yang akan dia pilih untuk menjadi teman hidupnya dalam ikatan yang resmi.Apapun keputusannya Ika kelak,Iwan tak akan pernah berubah tetap akan mencintainya walaupun nantinya Ika sudah hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat,dan tetap akan membantunya kapan saja dibutuhkan.
Mendengar penjelasan dari Iwan yang begitu pengertian membuat hati Ika lega dan plong.Serasa begitu menyejukkan bagaikan dahaga yang teramat sangat terobati dengan setetes air dingin.Hari-harinya Ika lalui dengan riang segala beban perasaannya selama ini hilang,dan dia begitu rajin menjenguk Dedi yang kondisinya sudah mulai ada perubahan,walaupun bagaimana rasa cintanya pada Dedi tak mungkin akan berubah,dia adalah cinta pertamanya.Terlalu banyak kenangan yang tak bisa di lupakannya,serta tiada hari-harinya dia lewati tanpa canda dan tawa bahagia.Besoknya dengan di antar oleh Iwan,Ika kembali menjenguk Dedi untuk yang kesekian kalinya,dan mendapati Dedi sudah bisa di ajak bicara namun apa yang mereka bicarakan tak berpengaruh bagi Dedi,memori ingatannya sudah tak bisa kembali dan mengenali lagi siapa lawan bicaranya sekarang.Dengan kondisi Dedi yang sekarang Ika tetap berharap ada keajaiban yang diberikan oleh Allah SWT mematahkan diagnosa dokter yang menyatakan tipis harapan untuk pulih seperti sediakala.
Tiga bulan sejak kejadian tersebut,keluarga Dedi terutama orang tuanya masih tetap menunjukkan rasa tidak senang dan suka terhadap Ika.Mereka berharap supaya Ika tak usah lagi datang menjenguk Dedi,kecelakaan yang terjadi tersebut menurut mereka adalah karenanya.Kepulangan Dedi dari Kalimantan tak lain hanya untuk mencari dan bertemu dengan Ika.Tuduhan yang menyudutkan dan menyakitkan bagi Ika itu hanya bisa diterimanya dengan mengelus dada,Ya Allah kenapa mereka tidak menyukaiku,apa yang salah denganku,bisik Ika dalam hatinya serta rasa pasrahnya dia serahkan hanya pada Allah semata.Ika bertekad bahwa kalau memang dirinya berjodoh dengan Dedi tak mungkin akan lari kemana.
Seiring dengan pergantian waktu,muncul masalah baru yang dialaminya ketika dia memperhatikan perawat yang selalu merawat Dedi,seakan-akan menyimpan rasa tidak senang kalau Ika menjenguk Dedi dan Dedi pun merasa senang dan bahagia ketika dia selalu bercerita dan berbincang dengan perawat ini.Rona senang dan bahagia selalu terpancar dari mukanya.Ika mulai curiga ada apa dengan Dedi dan perawat tersebut.Namun rasa curiga dia simpan dalam hati dan membantahnya kalau itu Cuma perasaannya saja.Hubungan komunikasinya dengan Iwan tetap terjalin lancar dan Ika juga merasa heran dengan perhatian serta bantuan yang selalu di berikan oleh Iwan,karena Laki-laki tersebut bersedia menunggu kapan saja dan apapun pilihan terakhirnya dia akan menerima dengan senang hati.Ika merasa terhibur.
Kecurigaan Ika beberapa hari yang lalu akhirnya terjawab,ketika tanpa sengaja,dia mendengar pembicaraan antara Dedi dengan perawat tersebut membicarakan hari pernikahan mereka.Langkahnya terhenti di depan kamar,lebih menyimak pembicaraan mereka.Alangkah hancurnya hati serta perasaan Ika ketika Dedi telah memutuskan akan menikahi perawat tersebut.Walaupun sebenarnya dia sadar bahwa apa yang dilakukan Dedi itu adalah karena dia sudah tidak ingat lagi akan masa lalunya.Tapi hati kecilnya serta perasaan seorang perempuan berkata lain dan tidak bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Ika tetap berharap Dedi bisa mengenalinya lagi.Sejak dari rumah sakit tersebut Ika lebih banyak mengurung diri di kamar berhari-hari sampai orang tuanya bingun dan bertanya-tanya.Sampai suatu hari Iwan datang menemuinya membawa informasi,mengenai alasan kenapa hubungannya dulu dengan Dedi tak direstui karena Dedi akan di jodohkan dengan keluarga dekatnya sendiri,dan Perawat itulah orangnya.Rencana pernikahan mereka telah di tetapkan ketika nantinya Iwan sudah keluar dari rumah sakit.Apa yang telah di sampaikan Iwan membuatnya harus berpikir kembali mengenai keputusannya selama ini.Ya… Allah kalau ini merupakan kehendakmu dan jalan untuk bersatu dengan Dedi tak mungkin berikanlah petunjukMu.
Demi melupakan kesedihannya Ika lebih banyak tinggal di rumah dan mengisinya dengan kursus menjahit dengan ibunya tercinta.Perubahan ini membuat keluarganya senang.Iwan pun semakin rajin menemuinya dan menanyakan apa-apa saja termasuk kesehatannya.Iwan begitu perhatian dan tanggapan orang tuanya terhadap Iwan pun positif. Keluarganya menilai bahwa dia adalah sosok yang bisa bertanggung jawab dan begitu pengertian.Ika merasa senang .Sore harinya Iwan datang mengajaknya pergi jalan-jalan dengan alasan untuk menyegarkan pikirannya yang selama ini sumpek dan sedih.Tak usah berlarut-larut dalam kesedihan karena semua pasti ada hikmanya,pesan Iwan ketika mereka sedang menunggu sunset di pinggiran pantai Lamaninring.Tanpa disadarinya tangan Iwan memegang tangannya sembari berbisik di telinganya “aku tetap mencintaimu dan siap menerimamu kapan saja” Ika tak kuasa menahan tangisnya dan tak bisa berkata apa-apa selain anggukan kepalanya sebagai bukti bahwa dia masih mencintainya,selama ini Ika sudah memberikan penilaian terhadap laki-laki ini,begitu perhatian serta sayang.Seiring dengan senja yang mulai berlalu Ika telah menetapkan pilihannya.Suatu senja di Lamaninring yang tak akan terlupakan dalam sejarah hidupnya,dan hanya kata singkat samar terdengar dari mulut Iwan “terima kasih” mengiringi sang mentari kembali keperaduannya.
Maninring, 03 Mei 2009
Darwis Kadir
SMP Negeri 2 Pujananting
Tak dapat menahan rasa penasarannya Ika dan Aan segera berlari menuju kejadian tersebut,alangkah kagetnya Ika ketika melihat pengendara sepeda motor tersebut adalah Dedi teman kecilnya semasa di kampung dulu,tanpa menunggu waktu Ika segera menyelinap untuk memberikan pertolongan kepada Dedi walaupun dulu dia pernah dikecewakan namun alasannya dulu karena hubungan mereka tak direstui oleh orang tua Dedi. “ Bantu saya bawa ke rumah sakit sekarang ! tanpa menunggu perintah lagi Aan segera menyetop taksi dan taksi tersebut melaju kencang membawa mereka bertiga menuju rumah sakit .
Sudah seminggu Dedi berada di ruang ICU dan kondisinya sekarang sudah agak membaik tapi diagnosa dokter menyatakan bahwa Dedi geger otak dan sekarang keadaannya dia tidak biasa mengenali siapapun lagi.Sore itu Ika bermaksud ke rumah sakit untuk menjenguk Dedi tapi akhirnya tidak jadi karena Iwan datang menjemputnya untuk di bawa ke rumah orang tuanya di Maros untuk segera diperkenalkan pada orang tuanya Iwan karena hubungan mereka sudah berjalan selama satu tahun.Iwan punya rencana untuk menikahi Ika ketika nanti Ika sudah lulus dari bangku SMA.Ika hanya menurut dan dari pertemuan dengan orang tua Iwan kenapa pikirannya selalu teringat akan keadaan Dedi karna secara jujur di hatinya masih ada tempat buat Dedi dan masih mencintainya karena pertemuan terakhirnya dulu dia masih ingat perkataan Dedi “ Ika walaupun orang tua kita tak merestui hubungan kita aku tetap mencintaimu”.Sejak itu mereka tak pernah ketemu lagi karena Dedi akhirnya pindah sekolah karena desakan orang tuanya ke Kalimantan ikut dengan keluarga tantenya.Dedi dan Ika tidak habis pikir alasan apa yang mendasari kenapa hubungan cinta mereka tak direstui.
Perubahan sikap drastis IKa membuat Aan sahabat dekatnya bertanya-tanya,karena sudah tak dapat menahan perasaan kesalnya dia akhirnya mengeluarkan uneg-unegnya saat mereka sedang makan bakso di warung sekolah “Ka saya perhatikan beberapa hari ini kayaknya kamu ada masalah yah,please dong kalo aku bisa bantu “ mendengar pertanyaan dari sobatnya itu Ika hanya terdiam sebenarnya dia tidak mau orang lain tahu masalah pribadinya tapi dia juga sangat butuh masukan akhirnya dia menceritakan semuanya siapa sebenarnya laki-laki yang tabrakan dulu di depan Sekolah tersebut beserta dengan hubungan mereka yang sampai sekarang belum ada kata putus sampai detik ini dari mulut Dedi..Mendengar semua masalahnya teman akrabnya tersebut Aan hanya mendesah panjang dan hanya memberikan saran kalau siapa sih sebenarnya yang paling dia cintai serta memberikan pertimbangan kalau sekarang kondisinya juga Dedi yang tak akan biasa mengenalinya lagi serta bagaimana perasaan dan tanggapan Iwan serta orang tuanya kalau sampai Ika harus berpaling ke laki-laki lain apalagi mereka sudah bertemu serta sikap serius dari Iwan yang sudah pada langkah memperkenalkan dan tinggal satu langkah lagi hubungan mereka akan resmi.Mendengar saran tersebut Ika belum bisa memutuskan .Sore harinya dengan naik angkot dia sampai di rumah sakit tempat Dedi di rawat dan saat dia masuk Dedi hanya ditemani oleh kakaknya.
Seminggu kemudian pikiran Ika masih bimbang, yang akhirnya berdampak pada pola makannya yang tidak teratur yang membuat badannya kurus.Perubahan drastis tersebut membuat Iwan curiga dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kekasihnya tersebut ? Tak mampu menahan rasa penasaran akhirnya Iwan memberanikan diri bertanya apa yang sedang terjadi pada Ika.Mendapat pertanyaan seperti itu dari kekasihnya Ika hanya memberikan jawaban alasan lagi sakit.Tapi kecurigaanya semakin bertambah karna tidak seperti biasanya Ika kalau mendapat suatu masalah akan curhat padanya.Di desak terus menerus Ika akhirnya tidak kuat lagi menyimpan rahasianya selama ini dengan Dedi.Mendapatkan penjelasan demikian Iwan hanya bisa pasrah dan memberikan hak sepenuhnya pada Ika,siapa di antara mereka yang akan dia pilih untuk menjadi teman hidupnya dalam ikatan yang resmi.Apapun keputusannya Ika kelak,Iwan tak akan pernah berubah tetap akan mencintainya walaupun nantinya Ika sudah hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat,dan tetap akan membantunya kapan saja dibutuhkan.
Mendengar penjelasan dari Iwan yang begitu pengertian membuat hati Ika lega dan plong.Serasa begitu menyejukkan bagaikan dahaga yang teramat sangat terobati dengan setetes air dingin.Hari-harinya Ika lalui dengan riang segala beban perasaannya selama ini hilang,dan dia begitu rajin menjenguk Dedi yang kondisinya sudah mulai ada perubahan,walaupun bagaimana rasa cintanya pada Dedi tak mungkin akan berubah,dia adalah cinta pertamanya.Terlalu banyak kenangan yang tak bisa di lupakannya,serta tiada hari-harinya dia lewati tanpa canda dan tawa bahagia.Besoknya dengan di antar oleh Iwan,Ika kembali menjenguk Dedi untuk yang kesekian kalinya,dan mendapati Dedi sudah bisa di ajak bicara namun apa yang mereka bicarakan tak berpengaruh bagi Dedi,memori ingatannya sudah tak bisa kembali dan mengenali lagi siapa lawan bicaranya sekarang.Dengan kondisi Dedi yang sekarang Ika tetap berharap ada keajaiban yang diberikan oleh Allah SWT mematahkan diagnosa dokter yang menyatakan tipis harapan untuk pulih seperti sediakala.
Tiga bulan sejak kejadian tersebut,keluarga Dedi terutama orang tuanya masih tetap menunjukkan rasa tidak senang dan suka terhadap Ika.Mereka berharap supaya Ika tak usah lagi datang menjenguk Dedi,kecelakaan yang terjadi tersebut menurut mereka adalah karenanya.Kepulangan Dedi dari Kalimantan tak lain hanya untuk mencari dan bertemu dengan Ika.Tuduhan yang menyudutkan dan menyakitkan bagi Ika itu hanya bisa diterimanya dengan mengelus dada,Ya Allah kenapa mereka tidak menyukaiku,apa yang salah denganku,bisik Ika dalam hatinya serta rasa pasrahnya dia serahkan hanya pada Allah semata.Ika bertekad bahwa kalau memang dirinya berjodoh dengan Dedi tak mungkin akan lari kemana.
Seiring dengan pergantian waktu,muncul masalah baru yang dialaminya ketika dia memperhatikan perawat yang selalu merawat Dedi,seakan-akan menyimpan rasa tidak senang kalau Ika menjenguk Dedi dan Dedi pun merasa senang dan bahagia ketika dia selalu bercerita dan berbincang dengan perawat ini.Rona senang dan bahagia selalu terpancar dari mukanya.Ika mulai curiga ada apa dengan Dedi dan perawat tersebut.Namun rasa curiga dia simpan dalam hati dan membantahnya kalau itu Cuma perasaannya saja.Hubungan komunikasinya dengan Iwan tetap terjalin lancar dan Ika juga merasa heran dengan perhatian serta bantuan yang selalu di berikan oleh Iwan,karena Laki-laki tersebut bersedia menunggu kapan saja dan apapun pilihan terakhirnya dia akan menerima dengan senang hati.Ika merasa terhibur.
Kecurigaan Ika beberapa hari yang lalu akhirnya terjawab,ketika tanpa sengaja,dia mendengar pembicaraan antara Dedi dengan perawat tersebut membicarakan hari pernikahan mereka.Langkahnya terhenti di depan kamar,lebih menyimak pembicaraan mereka.Alangkah hancurnya hati serta perasaan Ika ketika Dedi telah memutuskan akan menikahi perawat tersebut.Walaupun sebenarnya dia sadar bahwa apa yang dilakukan Dedi itu adalah karena dia sudah tidak ingat lagi akan masa lalunya.Tapi hati kecilnya serta perasaan seorang perempuan berkata lain dan tidak bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Ika tetap berharap Dedi bisa mengenalinya lagi.Sejak dari rumah sakit tersebut Ika lebih banyak mengurung diri di kamar berhari-hari sampai orang tuanya bingun dan bertanya-tanya.Sampai suatu hari Iwan datang menemuinya membawa informasi,mengenai alasan kenapa hubungannya dulu dengan Dedi tak direstui karena Dedi akan di jodohkan dengan keluarga dekatnya sendiri,dan Perawat itulah orangnya.Rencana pernikahan mereka telah di tetapkan ketika nantinya Iwan sudah keluar dari rumah sakit.Apa yang telah di sampaikan Iwan membuatnya harus berpikir kembali mengenai keputusannya selama ini.Ya… Allah kalau ini merupakan kehendakmu dan jalan untuk bersatu dengan Dedi tak mungkin berikanlah petunjukMu.
Demi melupakan kesedihannya Ika lebih banyak tinggal di rumah dan mengisinya dengan kursus menjahit dengan ibunya tercinta.Perubahan ini membuat keluarganya senang.Iwan pun semakin rajin menemuinya dan menanyakan apa-apa saja termasuk kesehatannya.Iwan begitu perhatian dan tanggapan orang tuanya terhadap Iwan pun positif. Keluarganya menilai bahwa dia adalah sosok yang bisa bertanggung jawab dan begitu pengertian.Ika merasa senang .Sore harinya Iwan datang mengajaknya pergi jalan-jalan dengan alasan untuk menyegarkan pikirannya yang selama ini sumpek dan sedih.Tak usah berlarut-larut dalam kesedihan karena semua pasti ada hikmanya,pesan Iwan ketika mereka sedang menunggu sunset di pinggiran pantai Lamaninring.Tanpa disadarinya tangan Iwan memegang tangannya sembari berbisik di telinganya “aku tetap mencintaimu dan siap menerimamu kapan saja” Ika tak kuasa menahan tangisnya dan tak bisa berkata apa-apa selain anggukan kepalanya sebagai bukti bahwa dia masih mencintainya,selama ini Ika sudah memberikan penilaian terhadap laki-laki ini,begitu perhatian serta sayang.Seiring dengan senja yang mulai berlalu Ika telah menetapkan pilihannya.Suatu senja di Lamaninring yang tak akan terlupakan dalam sejarah hidupnya,dan hanya kata singkat samar terdengar dari mulut Iwan “terima kasih” mengiringi sang mentari kembali keperaduannya.
Maninring, 03 Mei 2009
Darwis Kadir
SMP Negeri 2 Pujananting
Langganan:
Postingan (Atom)